Definisi Logika Sientifika-Logika Sientifika adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang betul lurus, sah.
1. Ilmu
Manusia mengerti bahwa mengerti, maka dapatlah ia menyempurnakan pengertianya. (Di sini, meskipun mungkin menurut asal arti kata tidak ada perbedaan yang jelas antara mengerti dan mengetahui, saya dengan sengaja memakai istilah 'pengertian' dalam arti yang umum, sedangkan pengetahuan dipakai untuk menunjuk pengertian yang 'lebih sempurna' karena orang mengerti sebab-sebabnya.)
Manusia dapat menyempurnakan cara-caranya menangkap realitas, menunjukan sifat-sifat suatu realitas, dan mencapai sebab-sebab suatu realitas. Maka dengan demikian manusia tidak saja mengerti melainkan juga dapat mengerti seluk-beluk objeknya. Manusia tidak saja menemukan sesuatu, tetapi juga dapat mempertanggungjawabkan hasil penemuanya. Dia dapat mengerti betul apakah sebabnya ia berkata begini atau berkata begitu tentang suatu objek.
Demikianlah manusia mempunyai pengetahuan, yakni pengertian yang disertai sebab-sebab, pengertian yang dipertanggung jawabkan dengan dasar-dasar. Tetapi pengetahuan bukanlah atau belumlah ilmu. Dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur bersifat kritis dan sistematis. Untuk mendapatkan ilmu, orang masih harus menyempurnakan cara mengetahui objek dengan lebih seksama. Dengan demikian dibutuhkan, yakni cara pendekatan persoalan, melalui jalan yang ditetapkan, dipikirkan, dipertanggung jawabkan terlebih dulu. (Disini orang yang perlu waspada terhadap kenyataan keterbatasan metode karena metode memprastrukturkan pikiran penelitian sehingga objeck tidak ditangkap sebagai mana mestinya). Bahan-bahan yang diperoleh melalui jalan ini kemudian dibanding-bandingkan, dianalisa, dicari unsur-unsurnya, sebab akibat, dipastikan sifat-sifat umum. Kemudian disintesis kembali, di jadikan satu pandangan yang kritis, satu keseluruhan yang logis teratur dan berkaitan, satu sistim. jadi ilmu dapat dirumuskan sebagai :
Kumpulan pengetahuan hasil penyelidikan dan pandangan logis teratur, kritis dan sistematis terhaap suatu objek.
Logika sientifika memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut, meskipun sebagai filsafat juga memiliki perbedaan fundamental dari ilmu vak lainya. Logika sientifika bahkan merupakan syarat mutlak eksistensi ilmu.
Pikiran kita mempunyai hukum-hukum kodrat, mempunyai bentuk-bentuk dan prinsip yang harus diindahkan supaya dapat bekerja dengan baik. Hukum, bentuk, dan prinsipprinsip tersebut dapat bekerja dengan baik. Hukum, bentuk, dan prinsip-prinsip tersebut dapat diselidiki dan dikumpulkan. Hal tersebut dapat dilaksanakan karena manusia dapat sadar akan kesadaranya. Batu tidak sadar akan sesuatu pun, demikian juga pohon. Hewan memang mempunyai kesadaran, tetapi berlainan sekali dengan kesadaran manusia. Hewan tiak pernah sadar akan dirinya sendiri dalam arti yang formal, artinya sehingga dapat berkata : Aku, apa sebab? karena hewan bukan persona. Berlainanlah dengan manusia.
1. Ilmu
Manusia mengerti bahwa mengerti, maka dapatlah ia menyempurnakan pengertianya. (Di sini, meskipun mungkin menurut asal arti kata tidak ada perbedaan yang jelas antara mengerti dan mengetahui, saya dengan sengaja memakai istilah 'pengertian' dalam arti yang umum, sedangkan pengetahuan dipakai untuk menunjuk pengertian yang 'lebih sempurna' karena orang mengerti sebab-sebabnya.)
Manusia dapat menyempurnakan cara-caranya menangkap realitas, menunjukan sifat-sifat suatu realitas, dan mencapai sebab-sebab suatu realitas. Maka dengan demikian manusia tidak saja mengerti melainkan juga dapat mengerti seluk-beluk objeknya. Manusia tidak saja menemukan sesuatu, tetapi juga dapat mempertanggungjawabkan hasil penemuanya. Dia dapat mengerti betul apakah sebabnya ia berkata begini atau berkata begitu tentang suatu objek.
Demikianlah manusia mempunyai pengetahuan, yakni pengertian yang disertai sebab-sebab, pengertian yang dipertanggung jawabkan dengan dasar-dasar. Tetapi pengetahuan bukanlah atau belumlah ilmu. Dibutuhkan pandangan, penelitian yang logis teratur bersifat kritis dan sistematis. Untuk mendapatkan ilmu, orang masih harus menyempurnakan cara mengetahui objek dengan lebih seksama. Dengan demikian dibutuhkan, yakni cara pendekatan persoalan, melalui jalan yang ditetapkan, dipikirkan, dipertanggung jawabkan terlebih dulu. (Disini orang yang perlu waspada terhadap kenyataan keterbatasan metode karena metode memprastrukturkan pikiran penelitian sehingga objeck tidak ditangkap sebagai mana mestinya). Bahan-bahan yang diperoleh melalui jalan ini kemudian dibanding-bandingkan, dianalisa, dicari unsur-unsurnya, sebab akibat, dipastikan sifat-sifat umum. Kemudian disintesis kembali, di jadikan satu pandangan yang kritis, satu keseluruhan yang logis teratur dan berkaitan, satu sistim. jadi ilmu dapat dirumuskan sebagai :
Kumpulan pengetahuan hasil penyelidikan dan pandangan logis teratur, kritis dan sistematis terhaap suatu objek.
Logika sientifika memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut, meskipun sebagai filsafat juga memiliki perbedaan fundamental dari ilmu vak lainya. Logika sientifika bahkan merupakan syarat mutlak eksistensi ilmu.
Pikiran kita mempunyai hukum-hukum kodrat, mempunyai bentuk-bentuk dan prinsip yang harus diindahkan supaya dapat bekerja dengan baik. Hukum, bentuk, dan prinsipprinsip tersebut dapat bekerja dengan baik. Hukum, bentuk, dan prinsip-prinsip tersebut dapat diselidiki dan dikumpulkan. Hal tersebut dapat dilaksanakan karena manusia dapat sadar akan kesadaranya. Batu tidak sadar akan sesuatu pun, demikian juga pohon. Hewan memang mempunyai kesadaran, tetapi berlainan sekali dengan kesadaran manusia. Hewan tiak pernah sadar akan dirinya sendiri dalam arti yang formal, artinya sehingga dapat berkata : Aku, apa sebab? karena hewan bukan persona. Berlainanlah dengan manusia.
Dari fakta manusia mengerti dan dapat mengerti bahwa mengerti, ia juga dapat memandang objek yang tiak material. Demikian ia dapat berfikir tentang pikiranya. Manusia dapat menyelidiki caranya berpikir dan dapat menyelidiki hukum-hukum, bentuk-bentuk dan prinsip-prinsip pikiran sendiri. Hal ini dijalankan untuk menambah dan mencermatkan pengetahuan.
Tetapi manusia tidak hanya berhenti pada mengetahui, berhenti pada memandang demi memandang. Pengetahuan tersebut dapat juga di pergunakan untuk berpikir dengan cara yang lebih sempurna. Demikianlah logika sientifika juga disebut ilmu.
2. Praktis Dan Normatif
Berhubung terdapat berbagai ilmu, maka dalam pandangan tentang ilmu diutarakan beberapa klasifikasi ilmu. Masalah ini sesungguhna agak sulit, dan disini, karena berbagai keterbatasan, dihindari uraian sampai keseluk-beluknya. Biasanya ilmu dibagi sebagai berikut :
1. Ilmu-ilmu alam (natuurwetenschappen, naturwissenschaften) bertujuan untuk menggetahui alam, dasarnya : observasi dan eksperimen. Tujuan akhir dari segalanya itu adalah untuk menangkap dan mengatur gejala-gejala alam sehingga dapat dirumuskan hukum-hukum dan diletakkan kedalam suatu pola besar. Pada mulanya terdapat keyakinan bahwa alam dapat dimengerti sebagaimana nyatanya, tetapi lama kelamaan juga semakin disadari bahwa mereka hanya dapat menyuguhkan suatu model tertentu saja. Dan model itu hanya suatu alat saja.
2. Ilmu-ilmu kejiwaan atau ilmu-ilmu budaya
Berhubung terdapat berbagai ilmu, maka dalam pandangan tentang ilmu diutarakan beberapa klasifikasi ilmu. Masalah ini sesungguhna agak sulit, dan disini, karena berbagai keterbatasan, dihindari uraian sampai keseluk-beluknya. Biasanya ilmu dibagi sebagai berikut :
1. Ilmu-ilmu alam (natuurwetenschappen, naturwissenschaften) bertujuan untuk menggetahui alam, dasarnya : observasi dan eksperimen. Tujuan akhir dari segalanya itu adalah untuk menangkap dan mengatur gejala-gejala alam sehingga dapat dirumuskan hukum-hukum dan diletakkan kedalam suatu pola besar. Pada mulanya terdapat keyakinan bahwa alam dapat dimengerti sebagaimana nyatanya, tetapi lama kelamaan juga semakin disadari bahwa mereka hanya dapat menyuguhkan suatu model tertentu saja. Dan model itu hanya suatu alat saja.
2. Ilmu-ilmu kejiwaan atau ilmu-ilmu budaya
0 komentar:
Posting Komentar